Rabu, 12 Juli 2017

Jauh Mimpiku

Dijauh sana, ada aku yang selalu memikirkan tentangmu Dijauh sana, ada aku yang selalu merindu perihal dirimu Dijauh sana, ada senyummu yang selalu terngiang di kepalaku Dan dijauh sana, ada seseorang yang begitu mengharapkanmu Walaupun tidak pernah bertemu
***
Malam. Aku duduk di bangku tua tempatku biasa memanjakan tubuh yang lelah setelah kuliah seharian. Memandang arah Jalan Raya Utama dari balkon kosan yang malam ini sudah sangat sunyi ditinggal pergi penghuninya karena besok adalah hari libur nasional.
Aku masih disini, sendiri. Lampu-lampu mobil berhilir mudik melaju menuju tujuan yang mereka tuju. Aku hanya duduk memandang kosong ke arah jalanan, ditemani sebuah Teh Kotak dan juga Handphone. Iya, hanya handphone inilah pereda kesunyian malam ini, pereda kesunyian hati didalam diri.
*Tingtung*
Satu pesan masuk dalam malamku. “Semangatt Anggaa!!! :D”
Hanya dua kata, satu kata sifat dan satu lagi namaku, hanya dua kata. Tetapi begitu bemakna hingga membuatku yang malam ini hanya termangu kosong menatap jalanan, langsung tersenyum merekah ketika mendapat satu pesan itu. Hanya dua kata.
Pengirimnya bernama Maura, ia adalah gadis yang sudah beberapa bulan ini Aku kenal, meski tidak penah kutemui di dunia nyata. Itupun terjadi karena hal yang sangat amatlah sederhana, salah chat.
“Semangat juga Maura!! :D” Begitulah aku menghabiskan malam. Di balkon lantai dua, dengan sebuah Teh Kotak, dan juga Maura.
“Ngga?” Aku melihat pesan Maura.
“Ya?”
“Tanggal 28 Maret 2016, aku ada acara jadi panitia gitu di Taman Bermain.”
“Wah keren tuh..” Jawabku tertarik.
“Karena itu kamu harus datang! Pukul 08.30. Dan harus memainkan 69 event atau kegiatan disana. Jangan lupa ajak gebetanmu juga ya. Oke, see ya.”
Aku tertegun beberapa saat membaca pesannya yang terakhir. Padahal kami berduapun sudah saling mengetahui bahwa saat ini sedang tidak memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Tapi pesan terakhirnya... Aku tidak habis pikir sedang ada apa di kepala nih anak sekarang.
“Ra”
“Mauraaaaa!!”
Hanya terlihat tanda “D”, yang berarti Delivered, hanya terkirim.
***
Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, hari dimana aku akan menjadi panitia dalam sebuah perayaan di Taman Bermain. Rencana dari perayaan ini sebenarnya sudah cukup lama dan karena itulah banyak sekali hal yang harus diurus sehingga terkadang jadwal pembelajaranku untuk kuliah sedikit keteteran untuk kegiatan ini. Tapi bagaimanapun juga acara ini harus berjalan dan hari ini adalah harinya, hari perayaan, hari dimana aku akan mendapati hal yang selama ini aku cari.
Panitia diharuskan untuk datang pagi buta untuk mempersiapkan segala peralatan maupun persiapan yang harus dilakukan agar tidak terjadi hal yang salah nantinya, dan karena sudah dipersiapkan itulah, kali ini aku tidak mendapatkan tugas apa-apa alias nganggur. Di waktu seperti ini paling asyik adalah menghabiskan waktu dengan menyelami dunia HP. Ah Sial! Aku lupa meng-charge HP semalam, alhasil daya yang ada hanya tinggal 20% saja.
“Ra, ini sudah mau buka acaranya. Siap-siap nyambut pengunjung yah. Kayaknya banyak yang datang loh. Haha.” Tetiba datang salah satu temanku, panitia juga.
“Oh iya. Siap!” Aku bersiap dengan tangan tanda hormat di kepala.
Aku menuju tempat penyambutan bersama banyak panitia yang lain. Cukup banyak yang datang dan aku yakin dia ada disana, meskipun aku tidak tahu seperti apa rupanya dengan pasti.
Para pengunjung sudah banyak yang masuk dan sepertinya sudah sangat antusias untuk perayaan hari ini, banyak anak-anak juga yang datang dan sudah sangat excited sekali sepertinya untuk segera menaiki wahana yang ada. Acarapun dibuka.
“Maura ya?” Tetiba ada seseorang yang memanggilku dari belakang.
“Engg... I iyaa... Eehh...” Aku membalikkan badan dan tertegun sebentar dengan seseorang yang memanggilku tadi. “Angga?”
“Ahaha Iya... Kirain gk tahu... Haha..” Dia hanya tertawa sambil mengusap belakang kepalanya.
Lalu, Hening. Beberapa saat kemudian hening, tidak ada diantara kami yang mengeluarkan sedikit lontaran kata pun. Walaupun jika di chat kami begitu akarab, tidak dinyana ternyata di dunia nyata bisa se-awkward ini.
“Gebetanmu mana, Ngga?” Tiba-tiba hanya pikiran itulah yang terlintas kepalaku.
“Ada.” Jawabnya polos.
“Mana?” Senyumku sinis karena hanya melihatnya bersama teman-teman lelakinya saja.
“Ada. Dia ada disini, di Taman Bermain ini.” Tatapannya masih polos.
Entah kenapa tapi sepertinya hatiku merasakan suatu kekosongan tersendiri setelah mendengar kalimatnya tadi. Seperti ada yang mengganjal di ulu hati, karena sudah kuketahui bahwa dia itu masih sendiri, tapi sekarang?. Apa mungkin sejak aku tidak menghubunginya dia sudah punya hubungan? Ah entahlah! Aku ingin segera pergi dari keadaan menyakitkan ini!.
***
Udara segar begitu terasa pagi ini, matahari mulai menampakkan sinarnya mencoba untuk ke titik tertingginya. Di bawahnya terdapat perayaan di suatu Taman Bermain yang sudah dibuka beberapa saat lalu. Disana begitu ramai, banyak sekali penjaja makanan yang sudah hinggap sedari pagi buta tadi. Disana, banyak panitia berlalu-lalang mengawasi acara agar sesuai rencana yang diharapkan. Disana ada dua hati yang baru saja dipertemukan meskipun sudah kenal lama.
“Di... Dimana?” Maura kembali menanyakan pertanyaan yang sudah diungkapkannya tadi.
“Ada. Entah kemana dia.” Jawab Angga tidak mau kalah dengan muka galak Maura.
Mereka kembali hening sejenak. Momen yang benar-benar awkward.
“Hahaha. Ya udah, aku kesana duluan ya. Kalian keliling-keliling saja dulu, nanti aku nyusul.” Ujar Maura pamit.
“Siap, Buk!” Ucap Angga dengan tangannya memberi tanda hormat.
Merekapun berpisah menuju tempat tujuannya masing-masing, Angga bersama beberapa temannya menuju ke dalam taman, dan Maura? Ia pergi ke kumpulan panitia meskipun tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dia lakukan.
Mengapa mengungkapkan rasa begitu sulit? Ya, terkadang apa yang dirasa hanya mampu menjadi asa dalam kepala tanpa mampu diungkapkan kepada sang pemilik rasa. Terkadang keadaan mengalahkan beribu logika yang sudah tersusun rapi di dalam kepala, membuatnya berantakan, lalu tidak bisa lagi untuk dibaca.
Tak beberapa lama kemudian Maura kembali ke dalam taman. Pekerjaan panitia intinya hanyalah untuk pembuka dan penutup acara saja. Setelah acara dibuka mereka sama seperti pengunjung lainnya, bebas kemanapun ke wahana yang ada.
Maura berjalan mengelilingi taman, sendiri, karena panitia yang lain juga sudah hilang entah kemana. Sampai akhirnya ia mendapati seorang pemuda terduduk sendirian di tepi danau.
“Sendirian aja, Ngga? Mana yang lain?” Tanya Maura dengan senyum manisnya.
“Ehh... Ra... Itu lagi asik main mereka. Aku mah masih pegel, semaleman ngelembur laporan. Hahaha.” Angga agak terkaget dengan kedatangan Maura.
“Btw, mana gebetanmu? Aku jadi penasaran nih... Hahaha.”
“Hahaha.. Daritadi pagi nagih janjinya mulu ih..”
“Biarin...” Ucap Maura sembari menjulurkan lidahnya.
“Yaudah yuk. Daripada suwung gk jelas mending maen kesana aja yuk.” Ujar Angga sembari menarik tangan Maura.
“Ehh...”
Lanjutan... coming soon
Inspired by: kamu, mimpi

0 komentar:

Posting Komentar