Hay
Gaes,
Jadi
pada dasarnya Gue mau nulis sepenggal kisah hidup Gue hari ini. Yah, gak
penting sih, tapi berhubung disini juga ujan deres dan Gue punya Waktu Luang
akhirnya Gue memutuskan untuk nulis lagi untuk meng i (baca: menggarisbawahi) sebuah
pengalaman yang barusan Gue alami di sebuah tempat yang sama dengan cerpen yang
Gue buat sekitar setahun lau, Halte.
Oke,
Abaikan.
Cerita
ini bermula ketika Gue ada di sebuah
Halte Bis Rapit atau yang lebih sering disebut BRT. Dari data yang pernag Gue
baca, Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak menggunakan kendaraan.
Terutama kendaraan pribadi, tetapi itu tidak menyurutkan fakta bahwa penikmat
kendaraan umum juga banyak. Dan itu
semua terbukti dengan adanya Gue disini, di Halte BRT yang begitu banyak kayak
Bulu Ketek, bejibun nggak abis-abis.
Gue
sudah lama melintang dalam dunia per-angkutan-umum-an dan menurut Gue Indonesia
adalah salah satu negara juga yang kurang tertib, dalam hal ini berkendara.
Semasa di dalam Bis banyak motor yang nyela duluan saat sudah ada peringatan
kereta api sudah lewat, nggak jarang juga banyak mobil-mobil malah pada
nggunain kanan jalan yang kosong saat nungguin kereta lewat dengan asumsi bahwa
mereka akan dapat posisi paling depan dan langsung tancap kiri ketika palang
akan diangkat. Harapannya adalah bisa
bisa pergi secepatnya dari macetnya nungguin palang. Padahal, bukannya itu juga
malah akan menambah macet ketika palang diangkat yak? Anehnya para pengendara
mobil ini ada di masing-masing seberang palang rel kereta api dan itu adalah
bis (Bukan BRT) yang Gue tumpangi. Dan semua itu juga adalah apa yang Gue alami
tadi siang. Amanzing!
Tapi
Gue sebagai penumpang fine fine aja
sih. Bhahahakk…
Nah,
balik lagi ke halte. Ketika Gue turun ke halte utama untuk transit lagi naik
BRT ke jurusan yang Gue tuju, disana sudah banyak orang seperti yang Gue
bicarain tadi. Tetapi, kebanyakan dari mereka berdiri di pintu masuk BRT.
Okelah, kalau mereka berdiri untuk langsung masuk BRT jurusannya. Tapi ini
enggak, Men! Ketika bis bergerak ke pintu masuk dan mempersilahkan untuk masuk,
kebanyakan dari mereka malah diam saja dan malah penumpang yang benar-benar
ingin masuk malah kesulitan buat masuk Bisnya. Gue jadi kasian sama Mbak-mbak
berpipi tebel nan unyu-unyu yang kesulitan masuk Bis jurusannya.
“Ada
Lagi?” Tanya Mas-mas penjaga BRT yang berdesel-deselan dengan Mbak-mbak.
“Saya
Mas.” Lontar Mas-mas yang ada di belakang gerombolan tadi, berdesak-desakan
mencoba maju.
Tapi
yah emang pada dasarnya disana rame dan banyak orang, akhirnya si Mas-mas ini
malah ditinggal sama bis tadi dan hanya bisa memasang wajah antara penuh
penyesalan dan ketidak-mampuan. Padahal, yang masuk bis barusan hanya
segelintir orang saja. Nggak bisa dibandingin dengan gerombolan yang ada di
depan. Turut berduka cita.
Jujur
saja, Gue yang lagi duduk-duduk bego lihat kejadian mas tadi malah pengen
ketawa keras-keras. Bahahak
Tapi
ya Gue simpan aja hasrat ingin ketawa tadi, Adi takut kena azab. ._.
Emang
kenapa sih gerombolan yang mayoritas adalah Mbak-mbak ini berdiri di depan
pintu masuk?! Duduk dulu napa? Takut ketinggalan? Lu berdiri di situ malah buat
orang lain ketinggalan. Nggak takut apa kena azab gara-gara mas tadi sampai
ketinggalan!
Lebih
kampretnya lagi adalah ketika bis jurusan Gue datang dan sampai di pintu masuk.
Gerombolan tadi berbondong-bondong masuk kayak kumpulan Burung Ababil yang
menyerang pasukan Raja Namrud. Cobaan apa yang akan Hamba hadapi saat ini, Ya
Allah. Naik BRT saja sulitnya minta ampu, apalagi naik Haji. :’)
Gue
pun sempat bingung akan hal ini. Gue yang duduk-duduk sambil nontonin bemper Mbak-mbak jadi galau lantaran tas
yang Gue bawa ini cukup gede. Nah, Gue bingung mau taruh di depan apa di
belakang nanti. Kalau di belakang takut kecolongan dan nggangguin yang lain,
kalau di depan jadi susah bawanya. Dan berhubung sepertinya di dalam tas Gue
tidak ada barang berharga maka Gue putuskan untuk taruh di belakang. Ini sangat
penting bagi kalian-kalian yang ingin naik Bis yang rame, pastikan dulu barang
bawaan kalian aman.
Dan
setelah dua kali Gue ketinggalan bis jurusan Gue, akhirnya di kesempatan ketiga
Gue bisa kesampaian juga naik bisnya. Dengan catatan Gue melakukan hal yang
hampir sama dengan gerombolan yang tadi. ._.
Tapi
Gue ada bedanya loh ya. Kalau yang tadi langsung berdiri di depan pintu masuk,
kalu Gue duduk dulu di dekat pintu masuk dan baru berdiri ketika gerombolan
tadi sudah berkurang dan tempat paling strategis untuk masuk tetapi bukan di
jalan masuknya bis. Paling tidak Gue meminimalisir adanya kejadian seperti Mas-mas
tadi. It’s all about strategic, Dude!
Hebat
kan Gue? B| (Padahal intinya sama aja).
Setelah
Gue masuk dan bis udah jalan yang isinya sudah kayak Ayam Geprek, Tidak
Beraturan, Gue ada sedikit permasalahan, Gaes. Gue berdiri di bagian tengah
bis, yang depan Gue sudah diisi batangan dan belakangnya cewek yang nampaknya
kesulitan banget bawa barang bawaannya, Tas punggung lumayan gede dan Helm.
Kadang Gue bingung sih, kenapa naik angkutan harus bawa helm segala. Mau jualan
mbak? Atau jadi anak jalanan denagn motor gedenya itu? Atau mungkin memang
sudah ada keperluan tertentu kedepannya. Oke, kayaknya Gue salah dalam nulis
paragrap ini. Mengecewakan. (_ _)
Setelah
beberapa saat, bangku yang ada di sebelah Gue kosong. FYI: bangku yang ada di BRT
itu susunannya berhadap-hadapan nggak kayak bis biasa. Sebagai manusia yang sholeha
nan tamvan Gue membiarkan Mbak-mbak belakang Gue duduk. Dan gantinnya adalah Mbak-mbak
hitam-manis dibelakang Gue. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.
Bis
melaju kencang ke arah tujuannya.
Gludak!! Bisnya
mngerem mendadak dan banyak dari para penumpangnya berhamburan maju kedepan
lantaran pegangannya tidak kuat. Mas-mas depan Gue beruntung mempunyai pegangan
yang erat, Gue yang tadi sedang melamun terpelanting ke tiang pegangan belakang
sopir, Kampret! Dan mbak-mbak hitam manis tadi menabrak tas gue.
._.
KAMPRETTT!!!
TAU GINI GUE PAKAI TAS DI DEPAN!!!
Setelah
itu gue pakai tas di depan berharap akan
ada rem mendadak lagi. Tapi yah begitulah, tidak ada lagi.
Ujan
pun turun dan sudah semakin deras. Pada satu permberhentian banyak sekali turun
pada tempat itu dan menyisakan ruang kosong di belakang. Karena sudah dekat
dengan halte pemberhentian gue, maka gue memutuskan untuk diam dan tetap pada
tempat dimana gue berdiri.
Gue
menengok ke belakang dan semua kursi sudah terisi penuh lagi oleh penumpang
yang berdiri di belakang. Dan gue menyadari suatu hal, cewek hitam manis yang
ada di belakang gue tadi malah mundur jauh kebelakang. Kan kursinya sudah penuh,
Mbak. Lagian disini kan dekat pintu keluar, ngapain malah keblakang si mbaknya
ini. Yah, mungkin nampaknya dia tahu apa yang gue pikirkan. ._.
Itulah
sepenggal kisah gue hari ini.
Dan
yak, pada dasarnya naik angkutan umum itu seru juga loh. Banyak hal tidak
terduga yang bisa didapatkan di Angkutan Umum. Entah itu pngalaman kampret
ataupun yang bagusnya #Terbaek. Emang sih, banyak yang harus dibenahi dai
Angkutan Umum di Indonesia, dari tata cara naiknya, sopirnya, hingga apa yang
terjadi di jalan raya. Intinya sih kembali lagi pada diri masing masing.
Nah, berhubung gue sudah males ngetik dan
laper juga. Padahal masih banyak yang ingin gue omongin perihal kepleset masuk
selokan, nolongin nenek-nenek hingga payung gue yang tiba-tiba gk mau kerja sama.
Akhirnya gue akhiri disini aja dah. Lagian paling nggak ada yang baca. Wkwk
#AyoNaikAngkutanUmum
0 komentar:
Posting Komentar