Minggu, 02 Oktober 2016

Perihal Angkutan Umum



Hay Gaes,

Jadi pada dasarnya Gue mau nulis sepenggal kisah hidup Gue hari ini. Yah, gak penting sih, tapi berhubung disini juga ujan deres dan Gue punya Waktu Luang akhirnya Gue memutuskan untuk nulis lagi untuk meng              i (baca: menggarisbawahi) sebuah pengalaman yang barusan Gue alami di sebuah tempat yang sama dengan cerpen yang Gue buat sekitar setahun lau, Halte.

Oke, Abaikan.

Cerita ini bermula ketika Gue ada  di sebuah Halte Bis Rapit atau yang lebih sering disebut BRT. Dari data yang pernag Gue baca, Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak menggunakan kendaraan. Terutama kendaraan pribadi, tetapi itu tidak menyurutkan fakta bahwa penikmat kendaraan umum juga banyak.  Dan itu semua terbukti dengan adanya Gue disini, di Halte BRT yang begitu banyak kayak Bulu Ketek, bejibun nggak abis-abis.

Gue sudah lama melintang dalam dunia per-angkutan-umum-an dan menurut Gue Indonesia adalah salah satu negara juga yang kurang tertib, dalam hal ini berkendara. Semasa di dalam Bis banyak motor yang nyela duluan saat sudah ada peringatan kereta api sudah lewat, nggak jarang juga banyak mobil-mobil malah pada nggunain kanan jalan yang kosong saat nungguin kereta lewat dengan asumsi bahwa mereka akan dapat posisi paling depan dan langsung tancap kiri ketika palang akan diangkat.  Harapannya adalah bisa bisa pergi secepatnya dari macetnya nungguin palang. Padahal, bukannya itu juga malah akan menambah macet ketika palang diangkat yak? Anehnya para pengendara mobil ini ada di masing-masing seberang palang rel kereta api dan itu adalah bis (Bukan BRT) yang Gue tumpangi. Dan semua itu juga adalah apa yang Gue alami tadi siang. Amanzing!

Tapi Gue sebagai penumpang fine fine aja sih. Bhahahakk…

Nah, balik lagi ke halte. Ketika Gue turun ke halte utama untuk transit lagi naik BRT ke jurusan yang Gue tuju, disana sudah banyak orang seperti yang Gue bicarain tadi. Tetapi, kebanyakan dari mereka berdiri di pintu masuk BRT. Okelah, kalau mereka berdiri untuk langsung masuk BRT jurusannya. Tapi ini enggak, Men! Ketika bis bergerak ke pintu masuk dan mempersilahkan untuk masuk, kebanyakan dari mereka malah diam saja dan malah penumpang yang benar-benar ingin masuk malah kesulitan buat masuk Bisnya. Gue jadi kasian sama Mbak-mbak berpipi tebel nan unyu-unyu yang kesulitan masuk Bis jurusannya. 

“Ada Lagi?” Tanya Mas-mas penjaga BRT yang berdesel-deselan dengan Mbak-mbak.

“Saya Mas.” Lontar Mas-mas yang ada di belakang gerombolan tadi, berdesak-desakan mencoba maju.

Tapi yah emang pada dasarnya disana rame dan banyak orang, akhirnya si Mas-mas ini malah ditinggal sama bis tadi dan hanya bisa memasang wajah antara penuh penyesalan dan ketidak-mampuan. Padahal, yang masuk bis barusan hanya segelintir orang saja. Nggak bisa dibandingin dengan gerombolan yang ada di depan. Turut berduka cita. 

Jujur saja, Gue yang lagi duduk-duduk bego lihat kejadian mas tadi malah pengen ketawa keras-keras. Bahahak
Tapi ya Gue simpan aja hasrat ingin ketawa tadi, Adi takut kena azab. ._.

Emang kenapa sih gerombolan yang mayoritas adalah Mbak-mbak ini berdiri di depan pintu masuk?! Duduk dulu napa? Takut ketinggalan? Lu berdiri di situ malah buat orang lain ketinggalan. Nggak takut apa kena azab gara-gara mas tadi sampai ketinggalan!


Lebih kampretnya lagi adalah ketika bis jurusan Gue datang dan sampai di pintu masuk. Gerombolan tadi berbondong-bondong masuk kayak kumpulan Burung Ababil yang menyerang pasukan Raja Namrud. Cobaan apa yang akan Hamba hadapi saat ini, Ya Allah. Naik BRT saja sulitnya minta ampu, apalagi naik Haji. :’)

Gue pun sempat bingung akan hal ini. Gue yang duduk-duduk sambil nontonin bemper Mbak-mbak jadi galau lantaran tas yang Gue bawa ini cukup gede. Nah, Gue bingung mau taruh di depan apa di belakang nanti. Kalau di belakang takut kecolongan dan nggangguin yang lain, kalau di depan jadi susah bawanya. Dan berhubung sepertinya di dalam tas Gue tidak ada barang berharga maka Gue putuskan untuk taruh di belakang. Ini sangat penting bagi kalian-kalian yang ingin naik Bis yang rame, pastikan dulu barang bawaan kalian aman. 

Dan setelah dua kali Gue ketinggalan bis jurusan Gue, akhirnya di kesempatan ketiga Gue bisa kesampaian juga naik bisnya. Dengan catatan Gue melakukan hal yang hampir sama dengan gerombolan yang tadi. ._.
Tapi Gue ada bedanya loh ya. Kalau yang tadi langsung berdiri di depan pintu masuk, kalu Gue duduk dulu di dekat pintu masuk dan baru berdiri ketika gerombolan tadi sudah berkurang dan tempat paling strategis untuk masuk tetapi bukan di jalan masuknya bis. Paling tidak Gue meminimalisir adanya kejadian seperti Mas-mas tadi. It’s all about strategic, Dude!

Hebat kan Gue? B| (Padahal intinya sama aja).

Setelah Gue masuk dan bis udah jalan yang isinya sudah kayak Ayam Geprek, Tidak Beraturan, Gue ada sedikit permasalahan, Gaes. Gue berdiri di bagian tengah bis, yang depan Gue sudah diisi batangan dan belakangnya cewek yang nampaknya kesulitan banget bawa barang bawaannya, Tas punggung lumayan gede dan Helm. Kadang Gue bingung sih, kenapa naik angkutan harus bawa helm segala. Mau jualan mbak? Atau jadi anak jalanan denagn motor gedenya itu? Atau mungkin memang sudah ada keperluan tertentu kedepannya. Oke, kayaknya Gue salah dalam nulis paragrap ini. Mengecewakan. (_ _)

Setelah beberapa saat, bangku yang ada di sebelah Gue kosong. FYI: bangku yang ada di BRT itu susunannya berhadap-hadapan nggak kayak bis biasa. Sebagai manusia yang sholeha nan tamvan Gue membiarkan Mbak-mbak belakang Gue duduk. Dan gantinnya adalah Mbak-mbak hitam-manis dibelakang Gue. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.

Bis melaju kencang ke arah tujuannya.

Gludak!! Bisnya mngerem mendadak dan banyak dari para penumpangnya berhamburan maju kedepan lantaran pegangannya tidak kuat. Mas-mas depan Gue beruntung mempunyai pegangan yang erat, Gue yang tadi sedang melamun terpelanting ke tiang pegangan belakang sopir, Kampret! Dan mbak-mbak hitam manis tadi menabrak tas gue.
._.
KAMPRETTT!!! TAU GINI GUE PAKAI TAS DI DEPAN!!!

Setelah itu gue pakai tas di depan  berharap akan ada rem mendadak lagi. Tapi yah begitulah, tidak ada lagi.
Ujan pun turun dan sudah semakin deras. Pada satu permberhentian banyak sekali turun pada tempat itu dan menyisakan ruang kosong di belakang. Karena sudah dekat dengan halte pemberhentian gue, maka gue memutuskan untuk diam dan tetap pada tempat dimana gue berdiri.

Gue menengok ke belakang dan semua kursi sudah terisi penuh lagi oleh penumpang yang berdiri di belakang. Dan gue menyadari suatu hal, cewek hitam manis yang ada di belakang gue tadi malah mundur jauh kebelakang. Kan kursinya sudah penuh, Mbak. Lagian disini kan dekat pintu keluar, ngapain malah keblakang si mbaknya ini. Yah, mungkin nampaknya dia tahu apa yang gue pikirkan. ._.

Itulah sepenggal kisah gue hari ini.
Dan yak, pada dasarnya naik angkutan umum itu seru juga loh. Banyak hal tidak terduga yang bisa didapatkan di Angkutan Umum. Entah itu pngalaman kampret ataupun yang bagusnya #Terbaek. Emang sih, banyak yang harus dibenahi dai Angkutan Umum di Indonesia, dari tata cara naiknya, sopirnya, hingga apa yang terjadi di jalan raya. Intinya sih kembali lagi pada diri masing masing.

Nah, berhubung gue sudah males ngetik dan laper juga. Padahal masih banyak yang ingin gue omongin perihal kepleset masuk selokan, nolongin nenek-nenek hingga payung gue yang tiba-tiba gk mau kerja sama. Akhirnya gue akhiri disini aja dah. Lagian paling nggak ada yang baca. Wkwk
#AyoNaikAngkutanUmum

0 komentar:

Posting Komentar