Rabu, 19 Juli 2017

Everglow

Entah ada apa dengan gue hari ini. Setelah sepekan berkutat dengan kuliah akhirnya gue memutuskan pulang. Seperti biasa ditemani Oppi sebagai penenang perjalanan ini. Tapi bagaimanapun menyembunyikan suatu hal, pasti akan ada titik dimana semua akan terlihat. Dan hari ini sepertinya gue mengalami itu. Setelah mengalami kebiasaan untuk mendengarkan musik dalam perjalanan panjang dengan maksud agar tidak ngalamun dan ngantuk, kebiasaan ini tidak berguna untuk hari ini. Dalam perjalanan di Jalan Pantura yang ramenya bejibun kayak ketek, gue tetep ngalamun dan hanya menatap nanar kendaraan sekitar. Tidak ada semangat seperti biasanya. Apalagi ketika sudah sampai di Sukorejo yang notabene hanya 12km dari rumah. Tidak seperti biasanya yang kecepatan standar hanya 15 menit. Kali ini gue malah nyetir Oppi dengan kecepatan 30km/jam secara konstan dan hanya ditemani satu lagu yang gue repeat terus menerus dari awal perjalanan sampai dengan rumah, Everglow-Coldplay. Alhasil gue membutuhkan waktu lebih dari 30 menit. . Entah kenapa lagu yang diciptakan Chris Martin tatkala bercerai dengan Gwyneth Paltrow ini sukses membuat gue hanya menatap nanar markah jalan. Tidak peduli seberapa banyak kendaraan yang hilir-mudik nyalip gue berkali-kali, gue tetep hanya bisa nontonin jalan dan menarik napas panjang. . Dan entah sepertinya galau yang gue alami beberapa bulan (iya bulan) terakhir ini sepertinya hampir mencapai puncaknya. Tadi pagi gue ada curhat dengan teman cewek sekelas dimana dia ternyata pernah berada di posisi menjauh dari orang yang pernah dekat dengannya. Yang pada saat sekarang malah gue berada diposisi orang yang dijauhi tersebut. Gue tanya apakah itu sulit baginya? Dan jawabannya iya. Dan bahkan sampai orang yang dijauhi tersebut merasakan benci yang amat sangat pada temen gue tersebut. Wow, entah apakah gue akan seperti itu juga. ._. . Jujur gue bukan tipe orang yang dengan sebegitunya bisa membenci orang, apalagi orang yang pernah begitu dekat. Pasti ada saja hal-hal yang membuat gue "sadar" saat gue pengen banget rasanya untuk menjadi brengsek, jahat, ataupun sekedar ngambek. Ada saja yang membuat gue memahami bahwa emosi tidak akan menyelesaikan masalah entah hal itu dari tulisan, lagu, ataupun hal kecil yang dilakukan orang lain meskipun tidak disadarinya. . Menjadi orang yang dihindari dan dijauhi oleh orang yang kamu suka itu sangat tidak mengenakkan. Seperti menahan ingus pilek. Kalo ditahan nggak bisa napas, kalo dikeluarin lengket berceceran. Eh nggak ada hubungannya ya? Ah intinya sakit dan nggak enak. . Gue sudah mencoba berkali-kali untuk memperbaiki keadaan dan semua itu tetap gagal. Dia tetap menjauh. Tatapannya sangat berbeda dengan tatapannya ketika melihat teman yang lain. Tatapannya ketika melihat gue begitu dingin, kayak cilok. . Dan setelah gue #sesicurhat tersebut, beberapa waktu kemudian gue mendapat kabar bahwa dia sudah memiliki idola (gebetan/kecengan/etc) baru. Dan yak, itu juga sukses membuat hari gue menjadi galau yellow mellow melly goeslow. Oke, gue akui gue masih sangat berharap bahwa gue bisa memperbaiki keadaan agar bisa seperti dulu. Tapi bagaimanapun gue tidak mau memaksakan itu. . Dia pernah mengatakan bahwa menjadi teman saja itu lebih baik. Tapi bukankah berteman itu tidak menjauhi teman lainnya. Gue tidak menolak permintaanmu untuk menjadi teman, hanya saja menurutku caramu saja yang salah. Kamu orang baik, aku tahu itu, dan tidak semestinya kamu melakukan hal seperti ini ke temanmu sendiri. :) . Mendengar dia sudah ada yang baru membuat gue drop untuk sesaat. Eh gak juga deng, revisi: Drop untuk waktu yang lama. Huft, apakah gue harus membenci dulu untuk bisa "sembuh" dari semua ini? Gue harap tidak. Tapi sungguh ini sangat menyiksa, dan itu dibuat oleh gue sendiri. Ya Allah, Damaikan hambamu yang satu ini. T.T Semoga keadaan bisa membaik dan tidak bertambah buruk. Aamiin. . Banyak hal yang gue sadari setelah sekian lama berada dalam posisi seperti ini. Salah satunya dijauhi orang yang kamu sukai itu nggak enak. Dan itu juga membuatmu memikirkannya di tiap detik kehidupanmu. Kamu begitu banyak membayangkan skenario mengapa semua ini dapat terjadi, kamu membayangkan cara bagaimana memperbaiki semua ini. Tetapi kamu tidak dapat mewujudkannya, kenapa? Ketika kamu mencoba untuk mendekat selangkah, hal yang ingin kamu perbaiki malah menjauh berlangkah-langkah diselingi bahasa muram dan tatapin dingin sedingin cilok. . Oke mungkin itu salah gue kenapa tidak berusaha lebih keras. Tapi come on, sudah berapa lama ini?! Gue gk mau terjebak dalam hal seperti ini mulu. :( . Dijauhinya membuat gue terlalu fokus dengan cara memperbaiki semua ini sehingga gue juga sedikit mengacuhkan hal lain yang semestinya gue perhatikan. Gue gk fokus pelajaran, gue gk fokus project gue, gue gk fokus sama orang sekitar. Hal yang gue fokuskan hanyalah dia (yang mungkin tidak peduli dengan semua ini) dan hal itulah yang membuat gue terjebak disituasi ini untuk waktu yang lama. Super sekali, gue tertohok dengan kalimat gue sendiri. :( . Tapi bagaimanapun gue tau sekali dia orang yang baik dan pasti tidak ingin gue menjadi orang yang seperti ini. Semoga saja keadaan bisa menjadi lebih baik yah ndut :p wkwk Karena yang terbaik lahir dari yang diperbaiki juga kan? Hahaha . Yah, semoga saja dia mendapat yang terbaik, karena dia adalah orang yang baik. Kalau belum mendapat yang terbaik, biarkanlah aku diperbaiki agar bisa mendampingi orang baik seperti dia. (Ngarep banget :v ) . Gue tidak pernah menyesal mendapatkan semua ini, serius. Mengenalnya juga tidak pernah gue sesali. Bahkan gue sangat bersyukur bisa mengenal orang seperti dia. Satu hal yang gue sesali adalah kenapa gue masih belum bisa menjadi orang yang baik untuknya. Oh ayolah, ketika waktunya tiba, gue yakin semua akan menjadi hal yang menggembirakan. Entah itu bersamanya atau tidak, gue yakin waktu itu akan datang. Hal yang membuat semua itu gagal hanyalah kalau gue tidak meyakini semua itu akan datang. Tuhan pasti bersama orang yang yakin kan? :) . Seperti lagu everglow, When you love someone, you should let them know Oh the light that you left me, will Everglow~


Continue reading Everglow

Rabu, 12 Juli 2017

,

Entah

Sedihya, ketika matamu tertuju padanya, tapi pandangannya tertuju pada yang lainnya Miris, ketika kamu hanya punya harapan untuk bersamanya, tapi orang lain selalu berdoa agar dipersatukan dengannya Lalu sebenarnya apa yg aku harapkan? Bukankah kekuatan doa lebih besar daripada hanya harapan dan usaha? Yasudah biarlah, kembali pada kenyataan, biarkan orang lain mencintainya sepenuh hati, karena cintanya dalam doa, bukan dunia Seperti tertusuk, ketika aku tak sengaja melihat dia menatapnya dengan sepenuh hati walaupun hanya sepintas Aah, mungkin itu hanya fikiranku saja Mungkin saja dia tidak sengaja menatapnya, walau tatap matanya sudah beda arti Aku melihatnya kala itu, dan mulai beberapakali, hingga sering sampai sekarang Aku menatapnya seindah puisi tiap pagi Aku memberinya doa tiap kali bersujud pada Ilahi Aku selalu mengirimkan proposal pada Tuhan perihal dia sebagai pengisi hati Aku tahu itu semua hambar jika tanpa aksi Tapi, mendoakannya seakan menjadi kewajibanku sebagai pengagum hati. Namun, apa yang kudapat? Dia bercerita perihal hati lain yang ia kagumi Dia selalu menatap idolanya dengan semangat setiap hari Dia tahu apa yang kurasakan tiap kali bertemu, berkolaborasi Tapi dia hanya datang padaku ketika dia butuh saja Dia hanya bicara padaku hanya ketika dia diacuhkan idolanya Dia mengeluh padaku hanya ketika nasib berkata tidak pada kehidupannya Dia hanya memberiku segenggam kerikil dari beribu gunung yang ia kasih untuk pujaannya Lalu, sebenarnya aku ini berjuang untuk siapa?
Ingatkah? Semua yang ada di dunia ini ada yg punya Biarlah kamu memilihnya dan mengabaikanku Biar aku yang mendekat pada pemilikmu untuk memintamu berbalik hati padaku Kubiarkan kau memujanya setiap pagi setiap hari Kubebaskan kau bercerita tentang dia yang kamu idolakan pagi hingga pagi lagi Tapi kembalilah padaku, ketika semua orang mengabaikanmu Ketika tidak lagi ada tempatmu mencurahkan isi hatimu, emosi, dan amarahmu Biarlah Tuhan memberimu perantara-Nya yaitu aku Biar sakit ini aku yang menanggungnya, karena yg ingin kujanjikan dan kuminta dari-Nya adalah Bahagiamu, biarpun tidak bersamaku "Aku memberimu 10 dollar, tapi kau memilih dia yang memberimu 20 dollar. Padahal kau tahu dia punya 200 dollar, sedangkan aku hanya punya 10 dollar."
Aku memberimu segalaku, Dia memberimu sedikitnya, Kamu memberinya semuanya, Dan kamu memberiku seadanya.
Ya. Kadang seseorang tidak tau ada yang rela memberikan seluruh yang dia punya, untuk orang yang memberinya hanya yang dia mau berikan saja.
*Kalimat yang dicetak miring adalah kalimat ter-Bullshit yang ada.
CATATAN: Tidak semuanya karya saya, ada bagian yang ditulis teman dan saya Copy di postingan ini.
PS: Sedih? Tidak apa-apa, bersedihlah. Setelah puas bersedih, bersiaplah untuk bangkit lagi.
Continue reading Entah
,

The another Step!

Hay there, Still confused with the situation that happen in your life? Still can’t do anything with your position? Or, maybe still stuck with your destination?
Just keep calm, dude. Life has their own step, their own track, and their own way.
***
Oke, entah ada apa dengan gue yang ngebuka catatan ini dengan kalimat English. Ah entahlah, yang jelas hidup itu memang punya jalannya sendiri, punya polanya sendiri, dan punya caranya sendiri untuk memulai kehidupan. Yang bisa kita lakukan hanya bisa menunggu bagaiman hidup bekerja dengan caranya itu, bukan dalam artian pasrah ya. Pasrah itu sudah benar-benar menyerahkan seglanya alias nyerah dalam menjalani hidup. Maksud gue adalah bagaimanapun Tuhan bekerja dengan hidup lo, lo itu haus siap apapun yang terjadi, apapun yang akan lo alami, pasti ada hal-hal yang nantinya baik pada akhirnya walaupun itu adalah seburuk-buruknya hari yang lo alami saat ini.
Contoh aja Albert Einstein, dia budeg, kena bully pada kecilnya, nggak lulus SD, tapi pada akhirnya dengan ke-budegannya itu dia malah bisa lebih konsen pada risetnya.
Eh bentar, kayaknya kalau nyontohin dengan orang lain itu malah gk afdol yak?
Oke, contoh aja gue. *walaupun kyaknya gk ada yang patut dicontoh
Ngg… gue itu… apaan yak? Hmmm…
Oke, jujur gue adalah orang yang amat kecewa dengan tempat gue kuliah sekarang, dulu. Kenapa? Ya gimana lagi coba. Dari masih menjadi siswa STM hingga benar-benar lulus dari sana, gue nggak di terima di kampus ini. Entah itu lewat jalur psb kah, umpn kah, atau yang lain lagi kah, semua hasilnya sama, gak keterima. huhuhu
Nah, pada akhirnya gue menyempatkan untuk ikut sbmptn yang dulu gethol banget sampai beli buku kumpulan soal-soal yang tebelnya sudah kayak buku skripsi. (walaupun pada akhirnya buku itu nggak pernah dibaca wkwk.)
Pada akhirnya, lewat nih jalur juga gue nggak lolos. Jujur pada saat itu gue sempat merasakan yang namanya depresi akut. Seharian cuma ngurung diri dikamar, keluar paling Cuma buat makan dan boker. Sumpah, kayaknya itu adalah salah satu titik terendah dalam hidup gue. Ya bayangin aja, temen-temen sudah banyak yang keterima di sekolahan bergengsi dan sibuk dengan ospeknya masing-masing. Lah gue? masih duduk di depan layar tv buat ngehabisin hari.
Padahal ya, perjuangan untuk sampai ke unnes (tempat sbmptn gue) itu berliku-liku beud. Karena emang pada dasarnya antara rumah gue dan unnes ini jauh banget, ditambah lagi nggak ada kendaraan untuk gue kesana, alhasil kendaraan umum yang jadi pilihan Dari yang namanya kesasar ditengah kota, sampai akhirnya naik taksi buat kesana, nginep di masjid, ketemu tukang angkot sialan, nggak tahu jalan, lah semua itu hanya untuk bisa ikut sbmptn. Untung aja gue kesana gulu kagak sendiri, ada satu orang teman yang nemenin. Kalau sendiri mah mungkin gue udah putar haluan diengah jalan wkwk.
Depresi, stress, stuck, nggak punya semangat, itu yang gue rasain saat itu. Bahkan ada sekelebat pikiran untuk gue kerja aja, kayaknya kerja emang lebih memungkinkan pada saat itu. Pada akhirnya, gue nggak minat buat ngapa-ngapain, nulis males, belajar, males, mau males rasanya males. Gue sudah kayak zombie, nggak punya tujuan buat hidup. Sudah malas untuk keluar, malas untuk buat hal yang baru, muak untuk buat langkah selanjutnya. Tiap hari hanya lagu Kau Tak Sendirinya Bondan sbagai pencerahan yang menamani gue.
Sampai kemudian ada satu lagi kesempatan untuk gue mencoba peruntungan sekali lagi. Wohhh, gue langsung semangat pada saat itu. Tempatnya kebetulan ada di unnes lagi, karena memang kesempatan yang ini adalah ujian untuk masuk unnes. Gue kesana dengan teman yang sama, pada keadaan yang sama (karena dia juga kagak lolos sbm), nginep di masjid yang sama, dan kampretnya lagi ketemu tukang angkot sialan yang sama. Dan sama seperti 2 paragraph sebelumnya gue kagak di terima di tuh universitas. Shit! ._.
Bedanya adalah entah kenapa untuk saat itu gue kagak terlalu depresi dan stress kayak sebelumnya. Entah kenpa gue lebih siap aja dalam menjalani kemungkinan besar yang baru saja terjadi.
Nah, setelah itu gue kagak tahu mau ngomong apaan. ._.
***
“Bro, mau ikut UM Polines kagak?” “Polines?” “Yoi, minggu depan ujiannya. Ayolah nemenin gue, sekalian jalan-jalan.” “Ya udah, hayuklah.”
Yak, diatas adalah petikan basa-basi yang dibuat Tuhan untuk mengirimkan berbagai situasi yang pada akhirnya menjadikan gue seperti saat ini.
Jujur gue agak malas untuk ikut ujian lagi, setelah berbagai salah dan kalah yang gue alami tempo waktu yang lalu, malas rasanya memulai lagi. Toh, gue juga udah kepikiran kayaknya mau ndaftar swasta aja seperti kebanyakan teman sekelas jikalau memang sudah nggak diteima.
Bagaimanapun, kampus yang mau gue datangi kali ini adalah kampus yang menolak gue pada banyak kesempatan pada awalnya, kampus yang buat gue kecewa berkali-kali. Gue juga nggak terlalu excited banget sih, selain faktor pesimis juga karena niat gue kali ini lebih mau ke arah refreshing karena sudah bosen di rumah mulu.
Bedanya lagi dengan waktu di unnes dulu, disini gue kagak nginep di masjid lagi, kenapa? Karena ya emang kayaknya toh masjidnya kagak boleh dibuat nginep, banyak pencurian yang tidak terduga (ada tulisannya), dan emang gitu keadaannya. Nah, alhasil gue nginep di sebuah kosan, mbayarnya 40k/malam coeg! Mahal amat! Kalo dipikir lagi sekarang gue kagak rela deh -,-
Nah, keesokan harinya adalah hari ujian. Pas ujian gue bener-bener buta sama soal, sudah lama nggak belajar dan emang kurang nutrisi nih otak akhirnya gue bener-bener pasrah untuk ujian masuk kali ini. Ketika soal datang gue hanya melongo.
Buka halaman pertama Astaghfirullah Buka halaman kedua tangan gue menggigil Buka halaman ketiga kaki gue kejang Buka halaman keempat badan gue dingin Buka halaman terakhir jari-jari sekarat, kuku kaki bau, kepala diinfus, dengkul opname
Sumpah, gue pasrah-sepasrah-pasrahnya. Mana ruangan ini berAC lagi. Woyyyy, KAGAK TAHU INI LAGI NERVOUS APA!!! JANGAN DINGIN-DINGIN NAPA!!
Gue emosi sendiri waktu itu, sepuluh menit petama gue habiskan hanya untuk merenungi nasib kenapa gue bisa setampan ini bego kayak gini. T.T
Tapi sedikit demi sedikit kemudian gue bsa mencerna sedikit apa yang ada dalam soal. Entah kenapa gue lebih tertarik ke pelajaran fisika daripada matematika. Mungkin besok gue harus nyari pacar anak fisika wkwk
Bahasa Indonesia Aman, English Clear, Fisika 80%, Matematika cuman bisa 2 soal. ._.
Yah, mau bagaiman lagi, hanya itu kemampuan otak gue. Dikarenakan waktu itu sudah sore dan jarak rumah gue emang jauh banget dari polines, akhinya gue langsung pulang hari itu juga, ngelupain ujian barusan, toh niat gue disini cuman buat refreshing dan nganterin temen. Ikut ujian Cuma hanya “Iseng-iseng berhadiah”. Busa keterima Monggo, nggak keterima ya legowo.
“Bro, jumat kita ndaftar Unissula aja yok.” Ucap gue, sehari setelah ujian.
***
Gue masih ingat hari itu, hari kamis. Pengumuman ujian masuk Polines bakalan di umumin hari ini. Gue masih mnggeliat di atas kasur dan males buat buka web. Mendingan gue tidur-tiduran aja, toh gue juga nggak terlalu berharap akan hal yang akan terjadi.
Pukul 09.30
Gue kaget bukan kepalang ketika melihat nama gue di daftar nama yang terpilih ntuk masuk nih kampus. Gua langsung bangkit dari kasur dan mmbeitahu ayah gue. Sumpah ini adalaha salah satu momen yang paling nggak bisa gue lupain samapai sekarang.
Dan yak, pilihan yang dulu gue daftar petama kali dan ditolak, lalu akhirnya gue nyari pilihan lain untuk ndaftar yang juga di tolaka, dan pada akhirnya kembali lagi ke pilihan pertama meskipun pada waktu yang berbeda dan akhirnya di terima.
Sama dengan apa yang gue katakan di awal tadi, Hidup punya caranya sendiri, tidak sebercanda yang kita pikirkan. Tuhan itu bekerja dngan cara yang misterius, kadang Dia meletakkan potongan puzzle di tempat yang tidak kita duga yang harus kita tmukan dan angkai pada akhirnya.
Seperti yang gue bilang di catatan “First Step!” juga, Hidup itu sni perpindahan dari sakit hati satu ke sakit hati yang lain. Kalau belum pernah ngerasain yang namanya sakit hati, patah hati, depresi, etc berarti blom ngerasain apa arti hidup yang sebenarnya.
Dan sebagai catatan aja, entah apa yang akan terjad besok lagi ketika gue baca tulisan ini lagi. Hey there, if you read this note again, I hope that you more brave and confident than I am right now. Why? You know, dude. The situation right now is very despicable me for a long time. So, if read this again, make sure that you’ll change to be better of me.
Tahu kan gunanya catatan? Untuk mengingatkan akan kejadian yang sudah terjadi, dulu. Dan itu gue lakuin buat diri gue. Gue gk yakin ada orang lain yang ngebaca catatan ini. Kalaupun ada, pasti Pasti PASTI orang itu gk ada kerjaan alias #Suwung untuk ngebaca semua tulisan ini.
Sekali lagi gue ngebuat catatan ini untuk menghargai masa lalu, bukan untuk protes pada masa lalu. Karena masa lalu itu bukan untuk di lupakan, tetapi untuk di buat pelajaran di masa yang akan datang. Entah ada hal apa yang nyangkut di otak gue sehingga nisa ada tulisan ini, ah entahlah. Semoga aja step-step selanjutnya bisa lebih lebih lebih ada kesan yang terkenang. Cheers Hope we'll meet again, cause we believe for tommorow. From: 19 Years old-Adi Setiawan (19-12-2016 10:13)
PS: Terlalu banyak gombal itu tidak baik.
Continue reading The another Step!

Langit Mendung Bertambah Mendung

Ada hal yang baru Renung langit tetap membawaku melihatmu Indahmu melenyapkan mendung kelabu Fajar menyingsing langit ragu
Ada hal yang nyata Hal antara kau dan indah dunia Kesanmu lebih dari kata Untuk si awam yang belajar bekata
Senyap langit membentuk prasasti Uap air menyala dengan pasti Mendung menggelapkan asa hati Apa yang akan terjadi nanti?
Walau terang habis oleh gelap Aku selalu mendukungmu dengan harap Rasaku selalu menunggumu untuk lelap Dari gelapnya lalumu agar bersinar dalam tahap
Ada hal yang aneh di benakku Namamu selalu ada dalam bayangku Ingin agar kau mengerti Apa yang kupikirkan saat ini
Hanya sekedar tulisan untukmu Untuk seseorang yang berharga dihidupku Sebagai tanda bahwa selalu ada bayangmu di otakku Karena semua yang kupikirkan itu, Tentang Kamu PS: *Setengah dari tulisan ini sudah di tulis di potokopian materi AC sejak tadi sore. * “Jatuh cinta itu tidak salah. Yang salah itu menyatakannya terlalu cepat pada waktu yang tidak tepat.”
* Anjiirrrr!! Wes jam setengah 2 -,-
Continue reading Langit Mendung Bertambah Mendung

Mulai Lelah

Sudah begitu lama aku mencari suatu titik dimana semua akan menjadi seperti apa yang aku minta. Menjadikanmu sebagai objek fantasiku untuk bersama dimasa depan rasanya begitu riskan untuk dibuat nyata. Aku lelah. Lelah akan terus menerus gagal menarik perhatianmu. Lelah akan terus dicampakkannya aku olehmu. Lelah layaknya berusaha mengucap bagi Si Bisu. Lelah menunggu... Aku lelah. Lelah mengusahakan yang tak mungkin tercapaikan. Lelah menghayal demi memanjakan akal. Lelah bertanya untuk omong kosong belaka. Aku lelah. Lelah mencari sesuatu yang telah pergi, kumencari hati yang kubenci. Ku mencari sesuatu yang tak kembali, kumencari hati yang kubenci. Ku mencari tetap tak dapat kutemui, kumencari hati yang kubenci. Ouwouwo~ #SatNight P.S Lelah? Berhenti, atau istirahatlah sejenak.
Continue reading Mulai Lelah

Untukmu yang selalu Ada, ketikaku tak ada

Suatu saat kau akan terduduk diam diatas ranjangmu, memikirkan bagaimana harimu berjalan Dari kesialan pagi hari karena tertinggal angkutan, ataupun saat siang bersama teman dalam lautan kegembiraan Ada kalanya kau akan melihat itu semua dengan senyuman dimasa yang akan datang Hingga mungkin kau sadari, ada seseorang yang selalu ada untukmu meskipun kau selalu tiada untuk sekedar melihatnya Suatu saat kau akan termenung sebentar mengetahui hal itu. Dan kemudian tersenyum mengembang mengingat kembali kau telah bangun dari jatuhmu dengan uluran tangannya Tangan yang tidak lagi kau anggap untuk kesekian kalinya Hari ini, kau begitu menikmati harimu Bersenang-senang, berbahagia, dan memegang tangan baru yang dulu tidak terpikirkan olehmu pada awalnya Kau tidak menyangka bahwa ada satu lagi tangan yang kau tinggalkan bersama harapan akan menggenggammu juga Kau tidak menyangka bahwa ada hati yang juga memiliki perasaan yang sama dengan hati yang kau genggam saat ini jua Kau tidak menyangka bahwa dia yang ada dijauh sana selalu ada, meskipun kau tidak pernah ada untuknya #P.S: Tidur larut itu tidak baik
Continue reading Untukmu yang selalu Ada, ketikaku tak ada

Jauh Mimpiku

Dijauh sana, ada aku yang selalu memikirkan tentangmu Dijauh sana, ada aku yang selalu merindu perihal dirimu Dijauh sana, ada senyummu yang selalu terngiang di kepalaku Dan dijauh sana, ada seseorang yang begitu mengharapkanmu Walaupun tidak pernah bertemu
***
Malam. Aku duduk di bangku tua tempatku biasa memanjakan tubuh yang lelah setelah kuliah seharian. Memandang arah Jalan Raya Utama dari balkon kosan yang malam ini sudah sangat sunyi ditinggal pergi penghuninya karena besok adalah hari libur nasional.
Aku masih disini, sendiri. Lampu-lampu mobil berhilir mudik melaju menuju tujuan yang mereka tuju. Aku hanya duduk memandang kosong ke arah jalanan, ditemani sebuah Teh Kotak dan juga Handphone. Iya, hanya handphone inilah pereda kesunyian malam ini, pereda kesunyian hati didalam diri.
*Tingtung*
Satu pesan masuk dalam malamku. “Semangatt Anggaa!!! :D”
Hanya dua kata, satu kata sifat dan satu lagi namaku, hanya dua kata. Tetapi begitu bemakna hingga membuatku yang malam ini hanya termangu kosong menatap jalanan, langsung tersenyum merekah ketika mendapat satu pesan itu. Hanya dua kata.
Pengirimnya bernama Maura, ia adalah gadis yang sudah beberapa bulan ini Aku kenal, meski tidak penah kutemui di dunia nyata. Itupun terjadi karena hal yang sangat amatlah sederhana, salah chat.
“Semangat juga Maura!! :D” Begitulah aku menghabiskan malam. Di balkon lantai dua, dengan sebuah Teh Kotak, dan juga Maura.
“Ngga?” Aku melihat pesan Maura.
“Ya?”
“Tanggal 28 Maret 2016, aku ada acara jadi panitia gitu di Taman Bermain.”
“Wah keren tuh..” Jawabku tertarik.
“Karena itu kamu harus datang! Pukul 08.30. Dan harus memainkan 69 event atau kegiatan disana. Jangan lupa ajak gebetanmu juga ya. Oke, see ya.”
Aku tertegun beberapa saat membaca pesannya yang terakhir. Padahal kami berduapun sudah saling mengetahui bahwa saat ini sedang tidak memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Tapi pesan terakhirnya... Aku tidak habis pikir sedang ada apa di kepala nih anak sekarang.
“Ra”
“Mauraaaaa!!”
Hanya terlihat tanda “D”, yang berarti Delivered, hanya terkirim.
***
Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, hari dimana aku akan menjadi panitia dalam sebuah perayaan di Taman Bermain. Rencana dari perayaan ini sebenarnya sudah cukup lama dan karena itulah banyak sekali hal yang harus diurus sehingga terkadang jadwal pembelajaranku untuk kuliah sedikit keteteran untuk kegiatan ini. Tapi bagaimanapun juga acara ini harus berjalan dan hari ini adalah harinya, hari perayaan, hari dimana aku akan mendapati hal yang selama ini aku cari.
Panitia diharuskan untuk datang pagi buta untuk mempersiapkan segala peralatan maupun persiapan yang harus dilakukan agar tidak terjadi hal yang salah nantinya, dan karena sudah dipersiapkan itulah, kali ini aku tidak mendapatkan tugas apa-apa alias nganggur. Di waktu seperti ini paling asyik adalah menghabiskan waktu dengan menyelami dunia HP. Ah Sial! Aku lupa meng-charge HP semalam, alhasil daya yang ada hanya tinggal 20% saja.
“Ra, ini sudah mau buka acaranya. Siap-siap nyambut pengunjung yah. Kayaknya banyak yang datang loh. Haha.” Tetiba datang salah satu temanku, panitia juga.
“Oh iya. Siap!” Aku bersiap dengan tangan tanda hormat di kepala.
Aku menuju tempat penyambutan bersama banyak panitia yang lain. Cukup banyak yang datang dan aku yakin dia ada disana, meskipun aku tidak tahu seperti apa rupanya dengan pasti.
Para pengunjung sudah banyak yang masuk dan sepertinya sudah sangat antusias untuk perayaan hari ini, banyak anak-anak juga yang datang dan sudah sangat excited sekali sepertinya untuk segera menaiki wahana yang ada. Acarapun dibuka.
“Maura ya?” Tetiba ada seseorang yang memanggilku dari belakang.
“Engg... I iyaa... Eehh...” Aku membalikkan badan dan tertegun sebentar dengan seseorang yang memanggilku tadi. “Angga?”
“Ahaha Iya... Kirain gk tahu... Haha..” Dia hanya tertawa sambil mengusap belakang kepalanya.
Lalu, Hening. Beberapa saat kemudian hening, tidak ada diantara kami yang mengeluarkan sedikit lontaran kata pun. Walaupun jika di chat kami begitu akarab, tidak dinyana ternyata di dunia nyata bisa se-awkward ini.
“Gebetanmu mana, Ngga?” Tiba-tiba hanya pikiran itulah yang terlintas kepalaku.
“Ada.” Jawabnya polos.
“Mana?” Senyumku sinis karena hanya melihatnya bersama teman-teman lelakinya saja.
“Ada. Dia ada disini, di Taman Bermain ini.” Tatapannya masih polos.
Entah kenapa tapi sepertinya hatiku merasakan suatu kekosongan tersendiri setelah mendengar kalimatnya tadi. Seperti ada yang mengganjal di ulu hati, karena sudah kuketahui bahwa dia itu masih sendiri, tapi sekarang?. Apa mungkin sejak aku tidak menghubunginya dia sudah punya hubungan? Ah entahlah! Aku ingin segera pergi dari keadaan menyakitkan ini!.
***
Udara segar begitu terasa pagi ini, matahari mulai menampakkan sinarnya mencoba untuk ke titik tertingginya. Di bawahnya terdapat perayaan di suatu Taman Bermain yang sudah dibuka beberapa saat lalu. Disana begitu ramai, banyak sekali penjaja makanan yang sudah hinggap sedari pagi buta tadi. Disana, banyak panitia berlalu-lalang mengawasi acara agar sesuai rencana yang diharapkan. Disana ada dua hati yang baru saja dipertemukan meskipun sudah kenal lama.
“Di... Dimana?” Maura kembali menanyakan pertanyaan yang sudah diungkapkannya tadi.
“Ada. Entah kemana dia.” Jawab Angga tidak mau kalah dengan muka galak Maura.
Mereka kembali hening sejenak. Momen yang benar-benar awkward.
“Hahaha. Ya udah, aku kesana duluan ya. Kalian keliling-keliling saja dulu, nanti aku nyusul.” Ujar Maura pamit.
“Siap, Buk!” Ucap Angga dengan tangannya memberi tanda hormat.
Merekapun berpisah menuju tempat tujuannya masing-masing, Angga bersama beberapa temannya menuju ke dalam taman, dan Maura? Ia pergi ke kumpulan panitia meskipun tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dia lakukan.
Mengapa mengungkapkan rasa begitu sulit? Ya, terkadang apa yang dirasa hanya mampu menjadi asa dalam kepala tanpa mampu diungkapkan kepada sang pemilik rasa. Terkadang keadaan mengalahkan beribu logika yang sudah tersusun rapi di dalam kepala, membuatnya berantakan, lalu tidak bisa lagi untuk dibaca.
Tak beberapa lama kemudian Maura kembali ke dalam taman. Pekerjaan panitia intinya hanyalah untuk pembuka dan penutup acara saja. Setelah acara dibuka mereka sama seperti pengunjung lainnya, bebas kemanapun ke wahana yang ada.
Maura berjalan mengelilingi taman, sendiri, karena panitia yang lain juga sudah hilang entah kemana. Sampai akhirnya ia mendapati seorang pemuda terduduk sendirian di tepi danau.
“Sendirian aja, Ngga? Mana yang lain?” Tanya Maura dengan senyum manisnya.
“Ehh... Ra... Itu lagi asik main mereka. Aku mah masih pegel, semaleman ngelembur laporan. Hahaha.” Angga agak terkaget dengan kedatangan Maura.
“Btw, mana gebetanmu? Aku jadi penasaran nih... Hahaha.”
“Hahaha.. Daritadi pagi nagih janjinya mulu ih..”
“Biarin...” Ucap Maura sembari menjulurkan lidahnya.
“Yaudah yuk. Daripada suwung gk jelas mending maen kesana aja yuk.” Ujar Angga sembari menarik tangan Maura.
“Ehh...”
Lanjutan... coming soon
Inspired by: kamu, mimpi
Continue reading Jauh Mimpiku

Akan Ada Saatnya

Akan ada saatnya ketika tawa yang kita keluarkan tidak mengartikan apa-apa Akan ada waktunya ketika pembicaraan yang kita lontarkan hanya menjadi sebuah "sapaan" Akan ada saatnya ketika pesan-pesan yang diterima tidak menyatakan bahwa perhatian itu ada Akan ada masanya ketika obrolan panjang kita yang dulu ada, sekarang hanya menjadi obrolan singkat yang tidak berlangsung lama
Dan ketika semua itu terjadi, semua masa-masa kita yang telah lalu hanya akan menjadi sebuah kenangan yang hanya bisa dikenang. Disaat semua itu terjadi, jarak diantara kita semakin panjang. Setiap kata yang terucap, setiap kalimat yang telontar hanya akan menjadi sebuah senja ditepian sore, datang dengan indahnya, lalu kemudian pergi meninggalkanku sendiri.
Aku hanyalah manusia yang menantikan cahaya terang menyinari angkasa. Sementara kau adalah mentari yang memberikanku cahaya itu. Kau buatku bahagia dengan sinarmu, kau membuat aktivitasku jadi lebih mudah disetiap hariku, kau memberikanku cahaya agar aku bisa terus percaya, dan disaat aku sudah begitu percaya, lalu kemudian kau pergi memberikan kegelapan demi mencari manusia lain dibelahan bumi lain, dan memberi cahayamu kepada orang lain.
Memang, akan ada saatnya kita akan kembali kepada kita yang belum bertmu dulu. Namun, melupakanmu seakan aku tidak mengenalmu itu tidak mungkin bagiku. Tapi tenanglah, ketika sinarmu hilang ditlan kegelapan malam, akan datang bulan dan bintang yang juga akan memberikan sinarnya -meskipun tidak seindah sinarmu. Dan aku, akan menunggu. Menunggu kapan akan datangnya bulan ataupun bintangku - meskipun tiap harinya akan bertemu denganmu.
Melepasmu, Aku akan.
P.S: Perbaiki saja dulu, kelak juga akan ada yang akan ikut memperbaikimu.
Continue reading Akan Ada Saatnya
,

Maaf

Suatu saat aku pernah membuat sebuah kekelriuan. Disaat banyak kata yang kukatakan, malah berdampak buruk bagi sebuah percakapan. Yang hanya bisa terlontar ketika semua itu terjadi hanyalah sebuah kata yang mungkin yadak bisa mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Maaf.
Maaf. Hanya itu yang bisa kuutarakan. Disaat semua salahku sudah begitu banyak kau rasakan, hingga akhirnya beribu katapun tak mampu untuk menggantikan. Kalahku adalah saat aku mengucapkan kata guyonan yang seharusnya tak disampaikan. Yang akhirnya, hanyalah membuat penyesalan.
Maaf. Hanya itu yang mampu aku ucapkan. Aku tak mampu memberikan hal simpel yang kau inginkan. Aku tak bisa memberimu tawa ketika kau terluka. Aku tak mampu membuatmu senyum ketika harimu mendung. Aku tak kuasa menghadirkan canda saat kau lelah tiada tara. Bahkan, aku tak mampu menyapa lewat dunia nyata.
Maaf. Sungguh Aku benar-benar ingin meminta maaf. Disaat dunia sedang berbahagia mengenai gerhana. Disini, seorang pemuda benar-benar ingin menyampaikan luka. Luka karena telah menyakiti orang yang disayanginya. Luka karena telalu lama memendam asa. Luka karena telah menyakiti hati yang selalu diidamkannya.
Maaf. Kata yang terlontar dari kerongkonganku hanyalah maksud untuk menyegarkan asap di kepalamu, bukan untuk menambah api dalam lautan nadi. Setiap kalimat yang aku berikan hanyalah penghancur kekakuan, bukan untuk membuat retakan. Mungkin kau yang salah dalam menangkap kata yang tersampaikan, atau mungkin juga aku yang terlalu berlebihan. Ya, aku kira ada di pilihan kedua.
Maaf. Aku tak mampu lagi mengucap kata selain Maaf. Lidahku kelu jika harus memikirkan yang sudah lalu. Tak lagi mampu untuk mengucap ketika hati sudah begitu berharap. Berharap agar kau mau untuk sekedar memaafkan hati yang sudah dicap sebagai perusak.
Semua kata disini tidaklah penting jika harus tahu siapa yang sebenarnya penting, Kamu. Semua kata yang kutulis disini tidak lebih penting ketimbang satu kata yang ingin kuungkapkan padamu.
Maaf.

P.S: Terlalu banyak sok tahu itu tidak baik.
Continue reading Maaf

Goresan Karenamu

Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Dari setiap goresan indah yang tercipta, itu karena kau adanya. Setiap susunan titik-titik dinamis ini adalah hasil dari kau yang sekarang ada di jauh sana.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Dari setiap hasil yang kubuat itu terbuat dari momen kita walaupun sesaat. Sesaat aku bertemu denganmu, sesaat itu juga aku mendapat banyak cahaya olehmu.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Dari setiap perhitungan dari banyak lembar ini, itu tetap tidak cukup untuk mengalahkan seberapa banyak dengan perhitunganku perihal mengangankanmu.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Dari setiap garis diatas kertas, aku tetap tidak bisa menghilangkan garis tipis diantara kita. Mengapa kita begitu berbeda? Persepsiku, persepsimu, pemikiranku, pemikiranmu, mengapa kita tidak bisa mendapatkan hal yang sama. Disetiap pikiranku yang selalu memikirkanmu, apakah kamu selalu memikirkanku? Aku harap tidak. Benar, Aku harap tidak.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Disetiap lembar yang terlewatkan, disetiap lembar itu juga ada namamu yang selalu menjadi momok dikepalaku. Tidak disetiap lembar selalu menceritakanmu, tapi percayalah, disitulah ada bayangmu disetiap lembar yang tercipta.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Ditiap goresan pena, ditiap lembar tercipta, disitulah terdapat tinta yang menjadi perwujudanmu dari setiap angan di kepalaku. Membebaniku.
Tahukah kau? Ingin aku mengatakan ini semampu yang aku mampu. Meskipun kau selalu menjadi apa yang terbayang di benakku, sebenarnya Aku tidak ingin kau ada disitu.

P.S: Terlalu banyak nggombal itu tidak baik.
Continue reading Goresan Karenamu
,

#GaJe: Edisi Kenangan

Malam ini terlewatkan dengan cara yang membosankan. Dan karena itulah muncul hasrat untuk meneruskan catatan yang sudah gue buat tadi pagi tetapi belum juga selesai. Alhasil malam ini gue terusin aja apa yang sudah gue buat tadi pagi.
***
And yeah, berhubung pagi ini nggak ada dosen di kelas yang mengajar dan juga para manusia berbatang sudah sibuk dengan kegiatannya sendiri. Akhirnya gue memutuskan untuk menulis catatan nggak jelas ini ditengah keramaian yang tidak menghiraukan hubungan secara personal. . Pagi ini gue bangun dengan kantuk masih melekat erat karena pagi-pagi gini sudah gerimis berjatuhan. Entah sih, kenapa kalo gerimis malah membuat hasrat untuk beraktivitas menjadi malas. Tapi memang benar, rasanya males banget, padahal harus berangkat pagi walaupun badan sudah tidak ingin lagi beranjak dari kasur. Kalo gini rasanya tuh kayak ingin terus mempertahankan walaupun sudah jelas akan berakhir di bagian belakang. #Halah . Nah, pas pagi berangkat ntuh, gue berjalan menyusuri jalan menerjang gerimis karena nggak mau telat. Dengan baju polo karena saat itu nggak kepikiran sama sekali. Alhasil baju gue terkena rintikan yang membasahi sekitar baju gue. . Di jalan berangkat, kadang gue memikirkan kembali apa yang sudah pernah gue lakukan. Nah, karena itu gue mau sedikit mengangkat hal-hal apa yang terkadang menjadi tempat untuk mengenang kembali kenangan di masa yang telah lalu. . 1. Lagu Lagu memang terkadang memiliki "momennya" sendiri. Maksud gue, kadang lagu itu mengena di setiap aktivitas yang kalian lakukan. Pas semangat, lagunya "Tetap semangat" Pas tobat, lagunya "Tombo Ati" Pas Galau, lagunya "Masih Sendiri" Pas galau buat semangat tobat lagunya, "Tetap semangat mengobati hati yang sendiri." . Krikk . Nah, kadang juga, pas ada momen tertentu disitu juga ada lagu yang "menemani" walaupun tidak syncron dengan momen itu. Misalnya pas lagi ada momen buat berduaan trus pada momen itu ada lagu "Goyang Dumang". Alhasil pas nanti sudah pisah dan kedengaran lagi lagu Goyang Dumang, disitu juga bakalan keinget juga kenangan berdua tersebut. . 2. Aroma Ini mungkin hanya terjadi pada sebagian orang saja ya, mungkin. Sebagian orang yang terkadang begitu sensitif terhadap hal di sekitarnya. Sama kayak uraian tentang lagu tadi, aroma ini terkadang juga memiliki momennya sendiri. Nah, kadang saat lu kenal deket sama seseorang, maka aroma inilah yang juga melekat di dalam memori otak.
Pernah nggak sih pada saat pergi kesuatu tempat lalu tiba-tiba kecium bau yang sepertinya sudah sangat begitu dikenal, dan keinget suatu hal yang pernah tejadi di masa lampu? Kalu tidak, berarti lu nggak termasuk sebagian orang di atas. :|
3. Tempat
Ngg kayaknya ini nggak perlu di jlasin. :|
4. Tulisan/Kata
Nah, ini adalah suatu hal yang gue gemari saat ini, tulisan. Emang yah tulisan itu bisa saja membuat memori tersendiri yang pasti melekat lama di setiap benak pembacanya. Salah satu alasan gue buat tulisan ini juga karena itu, buat ngingetin lagi diri gue di masa depan jika nanti akan kembali baca tulisan ini lagi. Karena gue yakin nggak ada orang lain lagi yang baca tulisan ini selain gue. *NgelapAirMata*
Para pengajar juga menganjurkan muridnya untuk rajin buat menulis, entah itu guru, dosen, ustadz, komentator dangdut, Bang Iful, semuanya. Karena menurut penelitian, dengan menulis dapat membuat sang penulisnya memiliki memori yang lebih kuat dalam tulisan tersebut. Dulu jugakan saat disuruh ustadz ngapalin surat pendek juga kan lewat tulisan, saat ngapalin lagu juga lewat tulisan, saat nyatain cinta juga lewat tulisan. Ngg... Bentar, abaikan yang terakhir.
Dulu kan juga pernah tuh nyimpen sms-sms yang dianggap pnting buat di baca lagi, kalau nggak yang sudah benar-benar galau akut malah mengekspresikan dirinya lewat Diary. Kalu gue sih nggak, gue lebih ke fesbuk galaunya deh ya. #Lupakan
5. Hujan
Ini juga salah satu hal yang entah mengapa menjadi suatu hal yang bisa megakibatkan suasana menjadi lebih galau nan dramatis dari biasanya, seperti yang gue alamin tadi pagi. Saat hujan, rintikannya begitu membuai nurani, seakan setiap tetesnya memiliki makna tersendiri. Dulu, semasa gue STM kelas Tiga dan dapat ruangan lantai dua saat hujan datang, temen gue tetiba bilang, “Hujan itu bisa menjadi mesin waktu.”
Dulu gue hanya bengong saja ngeliat dia ngomong kayak gitu, “Kesambet nih anak” Batin gue saat itu. Sampai akhirnya waktu mengajarkan gue akan hal itu, dimana setiap hujan bisa saja mengantarkan cerita kedalam kepala. Entah itu cerita yang akan ada ataupun yang sudah ada.
Ngg... Udah gitu aja yak. Males juga ngobrol sama diri sendiri (?). Sebenarnya sih masih banyak juga faktor lain yang mengakibatkan kenangan yang sudah lama terkubur dalam-dalam kembali muncul di permukaan. Tetapi, berhubung besok juga harus kuliah pagi dan Milan nanti pagi maen Coppa Italia, makanya gue juga membutuhkan apa itu tidur.
Kenangan memang tidak selalu menyenangkan, tetapi di setiap ketidak senangan itulah terjadi banyak hal yang pantas untuk dikenang.
Ah Sudahlah. Bye. Ciao. Tiati. Grazie Ragazzi.
P.S: Maybe you must try to out from that place.
Continue reading #GaJe: Edisi Kenangan

Bus

Rizky masih menatap lekat-lekat seruatu yang ada di hadapannya. Dia begitu serius meperhatikan, seakan itu adalah terakhir kali ia akan melihatnya. Sebenarnya, pada pertama ia tidak terlalu memperhatikan dengan serius. Ia menatap lekat ke arah kepala di kursi bagian depan, seakan kepala itu adalah sebuah sasaran yang tidak boleh diabaikan sepersekian detik saja. Saat ini Rizky berada di dalam sebuah bus yang akan mengantarnya ke jalan pulang rumahnya. Di dalamnya hanya ada sedikit orang, tepatnya 4 orang. Dia, supir, kernet, dan seseorang yang ada di bangku bagian bus yang sedari tadi menjadi perhatian dari kedua bola matanya. Rizky ada di bangku belakang, tetapi matanya selalu melihat ke arah depan. Tidak ada niat dari Rizky untuk beranjak dari tempat duduknya apalagi maju kedepan, tubuhnya serasa sudah menancap pada bangku yang didudukinnya. Pemandangan dari sebelah jendela tidak membuat pandangan matanya beranjak dari tonjolan kepala itu. "Itu siapa yak?" Tanya Rizky dalam hati. Ada banyak kemungkinan dalam hal ini. Tetapi, sepertinya penampakan ini tidak asing bagi dirinya. Mungkin itu adalah Fira, kakak kelas yang juga adalah anak dari Wakil Kepala di Sekolahnya. Jawabannya bisa saja ia, karena gadis itu masih mengenakan atribut sekolah. Meskipun tidak jelas itu dari sekolahnya atau bukan. Atau mungkin dia Ara, seorang gadis seangkatannya waktu SMP yang sekarang sudah bersekolah dari tempat Rizky menimba ilmu. Memikirkan itu membuat Rizky melamun sejenak dan hanya memandang dengan alasan yang tidak jelas karena didalam kepalanya sedang menyelusuri siapa nama pemilik sebuah kepala yang ada didepannya itu. Tetapi, jika ditelusuri melalui ingatan Rizky kerudung yang digunakan gadis itu sepertinya sudah lama ia kenal. Dari jari-jari kepalanya yang jika diukur dengan rumus diameter x phi kuadrat dengan sisinya dihitung terpisah, sepertinya Rizky sudah menemukan titik terang. Asyik menghitung rumus, Rizky terperanjat karena kepala itu bergerak tidak beraturan, sepertinya pemilik kepala itu akan turun. Sontak melihat hal ini Rizky segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela agar tidak tertangkap melihat sedari tadi. Bagaimanapun Rizky harus bisa jaga imej. Kepala itu berpaling, pemiliknya bersiap turun bus, dan berdiri bersiap ke arah pintu bus. Dengan keadaan bus yang kosong, pastilah pandangan gadis ini segera melihat ke arah Rizky. Rizky yang sedari tadi membuang muka ke jendela inipun juga sesekali memandang kedepan. Hingga. Hingga pandangan mereka bertemu, sepasang mata yang begitu membuat Rizky tidak ingin beranjak sedikitpun darinya. Tidak ingin terlihat memperhatikan, Rizky kembali membuang mukanya ke jendela. Meskipun matanya sesekali melirik gadis itu. Gadis itu masih ada di depan pintu, menunggu untuk turun dari bus. Rizky sekarang kembali memandang gadis yang sekarang sudah memandang keluar melihat tempatnya yang sudah dekat sepertinya. Matanya menangkap wajah seseorang yang ada di depannya. Matanya begitu membuaikan mata Rizky, Pipinya yang tirus ditambah lesung pipit yang imut itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Bibir tipisnya tidak bisa diungkapkan dengan kata, hidungnya mancung dengan ada sedikit upil yang menghiasinya. Hih! Rizky langsung membuang muka! Bus berhenti. Gadis itupun turun meninggalkan Rizky, meninggalkan kesan yang begitu dalam bagi seorang siswa kelas 11 yang duduk di bangku belakang ini. Bus kembali bergerak, tetapi pandangan Rizky masih berada di pintu itu. Mengingat kembali bagaimana ia melihat sosok yang begitu indah yang baru saja ada di hadapannya. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan. Pikirannya berputar cepat, memori-memori dalam kepalanya berputar hebat, hingga akhirnya ia mendapat sebuah kesimpulan. Rizky berteriak mendapat kesimpulannya itu. "Ahh, Sialan! Rumahku kelewatan!" #EfekMatiLampu #Remake
Continue reading Bus
,

#Profesionalitas

udah berapa lama yak, kagak buat cathetan? 1 bulan? Oke, berarti itu adalah tempo waktu yang telah gue lalui untu berperang melawan perasaan hati sendiri dan membiarkan logika yang mengambil kendali. Yak, dalam tempo itulah gue hanya merenungi nasib sebagai seonggok pria yang gagal menjalankan tugasnya mengambil tendangan penalti (?) #eh Gue terlalu terpengaruh dengan apa yang di pikirkan dari hati, dan itu mengakibatkan sikap gue berubah akhir-akhir ini. Hmm... Entah, sebenarnya apa yang udah gue lakuin sampe-sampe gue segitunya. Terkadang sih, gue lebih memikirkan logika dan berpikir lebih positif mengenai hidup, tapi yah begitulah. Karena suatu hal, apa yang sudah terproses didalam kepala yang mengedepankan logika harus luluh lantah lagi karena hati yang berbicara. Kata mudahnya Buffer (Baca: Baper). Entah kenapa sekarang banyak banget yang ngatain gue Buffer.an, padahalkan gue cuman ngebuat tulisan GaJe tanpa ada maksud apa-apa. Oke, mungkin beberapa tulisan ada maksud tertentu sih, tapi itupun cuman beberapa kali. Dan perlu diketahui, postingan super-baper-badai yang biasa gue posting itu juga hasil copas dari tumblrnya #Mbeeer. Jadi, ya kalau nemu kata-kata yang bagus langsung aja gue copas, tapi ya copasnya yang sesuai dengan keadaan yang mirip keadaan gue juga sih. Kuliah gue gk terlalu semangat, nulis apalagi. Padahal project nulis sebenarnya batas akhirnya tuh Desember, lah sekarang malah mulur sampai Februari. Dasar Tidak Bermoral!! Karena itulah, kemarin-kemarin gue iseng tanya sama salah satu temen gue dan terjadilah percakapan seperti ini. "Bro, lebih milih nyelesaiin suatu hal sampai bener-bener selesai atau nyicil berbagai hal tapi berkala?" Gue bertanya entah pertanyaan apa itu, yang jelas itulah yang terpikirkan didalam otak. "Tergantung. Itu tergantung berbagai faktor." Jawabnya. "Faktor? contohnya?" Gue masih belum Ngeuh. " Simpel to lhee pertama jelas sikon; sikon wektu sikon badan sikon pikiran, kesempatan ya jelas mempengaruhi, belum yang lain-lain." "Kalau faktornya dari aspek psikologis? Anda akan bagaimana, Pak Mario?" "Faktor psikologis? Ya kalau memandang dari segi profesionalitas, gue lebih memprioritaskan sikon, tapi dari sisi kemanusiaan ya.... tahu sendiri lah" Sumpah gue tertegun, gue terdiam. Entah gue gk tau kenapa nih anak punya kata-kata super kayak gitu. Padahal gue yakin ngajarin anak TK matematika aja dia kgak kompeten. Bukan karena gurunya, tapi materi yang diajarkannya Persamaan-Linear-Dua-Variable. anak TK mana mudeng! Melihat kata "Profesionalitas" gue menjadi berpikir sejenak. Apa sebenarnya tujuan gue disini, kenapa dulu gue janji buat tulisan, kenapa gue bisa ganteng. Gue jadi menyadari suatu hal, disini gue terlalu mengedepankan perasaan hati tanpa memfilternya dengan logika yang baik. Gue udah mirip filter rokok, diemut-emut, kalau udah abis dimatiin, abis itu dibuang. Cuman filter asapnya doang, nikotin masih ada. Ya! gue harus berubah, Henshin! (sfx: Sailor Moon) Maksudnya gue harus berubah menjadi Adi yang lebih baik, Adi yang lebih #Profesional. Terserahlah apa yang ia lakukan di luar sana, yang penting Janji gue yaitu tulisam harus gue buat sebelum Februari! Terserah, gue harus mengorbankan hati sejenak demi menepati janji apa yang udah gue buat! Dan hal yang harus gue lakukan saat ini adalah nulis, yak nulis! Let's Writing!!
Continue reading #Profesionalitas

Mimpi

Mimpi. Yah, mimpi. Mungkin karena mimpi itulah aku memiliki begitu banyak kejadian dalam 18 tahun aku hidup di dunia ini. Mimpi. Dulu, karena mimpi aku juga mengalami kejadian yang berliku-liku. Dulu, aku pernah membuat "perjanjian" dengan mimpi. "Jika aku memimpikannya, berarti aku benar-benar begitu." Kurang lebih seperti itu. Karena janji itu aku pernah mendapat berbagai rasa senang dan nyaman. Namun juga ada rasa gundah dan sedih yang tidak kalah besar dengan dua rasa pertama. Harus ada sebuah kejadian khusus untuk menghilangkan efek dari "janji" itu, dulu. Mimpi. Dimana setiap orang sebenarnya bisa membuat mimpinya sendiri-sendiri. Sepertinya, aku telah membuat "janji" lagi, dan mungkin aku akan mengalami berbagai cobaan itu lagi. Mimpi. Bahkan, ada beberapa orang sukses yang kebanyakan berawal dari sebuah mimpi. Mimpi. Sebuah permulaan untuk menjalani hari, dan sebuah akhiran untuk menutup mata di malam hari. Mimpi. Dimana Hidup berawal diri sebuah mimpi. #RespectUnityForAll #GaJe *abaikan
Continue reading Mimpi